Urgensi Pertobatan Ekologis untuk Alam yang Lebih Baik

MediaSuaraMabes, Jakarta – Persoalan lingkungan, seperti pemanasan global, polusi udara, dan hilangnya keanekaragaman hayati, menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup manusia dan makhluk lain di bumi. Pertobatan ekologis kini menjadi penting mengingat dampak negatif dari aktivitas manusia terhadap alam semakin nyata.

Pekan Laudato Si’ lahir pada tahun 2016 saat perayaan ulang tahun pertama ensiklik kepausan Paus Fransiskus, Laudato Si’: On Care For Our Common Home.

Ensiklik Laudato Si, merupakan sebuah master piece Paus Fransiskus bagi keselamatan alam dan segala isinya.

Penulis menyebutnya, master piece sebab, tulisan ini memberi perhatian besar kepada upaya-upaya kita merawat bumi secara universal dan peduli terhadap perubahan iklim yang terus menerus terjadi. Sebagaimana yang saya publikasikan di media ini pada edisi 4 April ’24 dibawah judul” Ensiklik Laudato Si untuk semua orang”

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Gerakan Laudato Si’ atau dalam bahasa Inggrisnya Laudato Si’ Movement (LSM) adalah jaringan global lebih dari 900 organisasi Katolik dan lebih dari 10.000 pemimpin akar rumput terlatih yang dikenal sebagai Animator Laudato Si’.

Terinspirasi oleh ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus, misi LSM adalah untuk “menginspirasi dan memobilisasi komunitas Katolik untuk merawat rumah kita bersama dan mencapai keadilan iklim dan ekologis”.

Dosen Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Datu Hendrawan, menyampaikan, sejak Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik Laudato Si, istilah pertobatan ekologis semakin populer. Pertobatan ekologis merupakan konsep yang mengajak orang untuk menjalani kehidupan lebih seimbang dengan alam dan untuk mempertanggungjawabkan diri secara sosial dan spiritual terhadap lingkungan.

Paus Fransiskus pada bulan Mei 2015 telah mengeluarkan ensiklik “Laudato Si” yang mengajak kita semua untuk menjaga, merawat alam dari kehancuran. Ensiklik Laudato si’ (bahasa Italia yang berarti “Puji Bagi-Mu”) adalah ensiklik kedua dari Paus Fransiskus. Ensiklik ini memiliki subjudul On the care for our common home (dalam kepedulian untuk rumah kita bersama).

Baca Juga :  Suttan Juragan St.: Pengiriman Papan Bunga Mengatas-namakan Tokoh Adat ke Polres Lampung Timur Tidak Tepat

Dalam ensiklik ini, Paus mengKritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan, terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil “aksi global yang terpadu dan segera” Pekan Laudato Si’ ini diselenggarakan oleh Vatican Dicastery for Promoting Integral Human Development, dan difasilitasi oleh Laudato Si’ Movement bersama mitra lainnya.

Pekan Laudato Si’ 2023 diselenggarakan pada 21-28 Mei 2023 untuk merayakan ulang tahun kedelapan penerbitan ensiklik Laudato Si’.

Para pegiat lingkungan Indonesia yang tergabung dalam Gerakan Laudato Si Indonesia (LSI) menggelar Pertemuan Nasional (PERNAS) yang kedua di Hening Griya, Purwokerto, Jawa Tengah, 25 hingga 27 Agustus 2023.

Ketua Umum Gerakan Laudato Si Indonesia, Cyprianus Lilik Krismantoro mengatakan gerakan Laudato Si berawal dari KTT Perubahan Iklim tahun 2015 di Manila yang muncul dengan nama Global Catholic Climate Movement (GCCM). Kemudian berubah nama menjadi Laudato Si Movement pada tahun 2021 dengan misi menginspirasi dan memobilisasi Komunitas Katolik untuk merawat bumi rumah bersama.
“Ada 7 ( tujuh) sektor Laudato Si’ Action Platform. Sektor yang berkembang sangat pesat saat ini adalah sektor pendidikan hingga menghasilkan buku dokumentasi kegiatan Laudato Si’,” kata Lilik, sebagaimana dikutip dalam rilis yang dikirim AG Irawan ke Joglosemarnews.

Sementara Ketua Bidang Bidang Pendidikan dan Animasi Gerakan Laudato Si’ Indonesia, Robertus Adi Rusprianto mengungkapkan, metode pembelajaran yang dipakai dalam program LSI adalah pembelajaran orang dewasa. “Belajar melalui pengalaman nyata, mendalaminya dan menarik kesimpulan yang akan menghasilkan rencana aksi dan penerapan,” terang Adi, yang juga aktivis kerelawanan di Banjarnegara, Jateng.

Gerakan LSI ini diharapkan juga mampu menjadi gerakan akar rumput dalam gereja. Dasar dan landasan gerakan adalah ensiklik Bapa Paus Fransiskus tentang Laudato Si’, Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja Katolik.

Baca Juga :  Mas Nanang Terpilih Sebagai Dukuh Klayu 1, Dalam Pengisian Pamong Kelurahan Sumberwunggu Tepus Gunungkidul

Elemen jaringan gerakan ini adalah lembaga, komunitas, dan individu. Sistem Gerakan Laudato Si’ Indonesia adalah Chapter Nasional, Chapter, Circle, dan Animator LSI.

Ensiklik Laudato Si’ adalah ensiklik pertama yang secara komprehensif membicarakan tentang krisis ekologi yang dihadapi bumi, rumah kita bersama, dan secara tegas menyerukan kepada kita semua untuk mengambil tindakan yang perlu untuk membela dan merawatnya.

Gerakan Laudato Si’ Indonesia, Komitmen Merawat Bumi Makin Bergulir Komitmen merawat Ibu bumi adalah panggilan mendesak bagi seluruh umat Katolik dan masyarakat pada umumnya. Di tengah melemahnya komitmen ekologis dunia akibat terkooptasinya isu lingkungan oleh kepentingan modal dan politik dalang diplomasi international, bayang-bayang Perang Dingin Baru dan menguatnya mereka yang skeptis pada isu lingkungan, panggilan penguatan gerakan ekologis mutlak dilakukan.

Pengembangan pusat pembelajaran Laudato Si’ menjadi salah satu upaya yang ditempuh, bersama-sama dengan Tarekat Misionaris Hati Kudus (MSC) Jawa dan Kalimantan Selatan khususnya Sentra Spiritualitas (SS MSC) Taman Rohani Anggrung Gondok, Kapencar, Wonosobo, LSI mengembangkan Laudato Si’ Center. Penandatanganan kerjasama dilaksanakan bertepatan dengan perayaan ulang tahun Taman Rohani Anggrung Gondok sekaligus masih dalam suasana Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

PERNAS ke III ( Pertemuan Nasional ) III LSI, 24-27 Oktober 2024,

Pada 24-27 Oktober 2024 ini, kita Gerakan Laudato Si’ Indonesia menyelenggarakan pertemuan Nasional Ketiga. Perjumpaan ini berlangsung di Rumah Retret Ngison Nando, Kalianda, Lampung Selatan. Kegiatan ini diikuti 76 peserta (7 imam, 22 suster dan sisanya awam) dari 15 keuskupan mulai Medan hingga Kupang. Ada 10 utusan JPIC Tarekat yang hadir. Tema yang diambil adalah membangun komunitas basis ekologis”.

Di hari pertama, pernas diawali dengan pembukaan oleh Mgr Vincentius dan Sr. Vincentia HK. Setelah saling berkenalan Peserta diajak merefleksikan bersama dokumen-dokumen dasar seperti Laudato Si’ dan Laudate Deum dipandu mas Chris, TKN dan animator LS Bogor.

Baca Juga :  Tradisi Gugur Gunung Umat Islam Menyambut Ramadhan

Selepas makan malam Rm Martin Jenarut sekretaris eksekutif KKP PMP KWI bersama Rm Vico SJ, Sekretaris eksekutif Komdik KWI menemani peserta melihat prioritas pastoral komisi terkait di KWI dan peluang kolaborasi. Sr. Stephanie SJMJ juga menyampaikan pesan tertulis atas nama SGPP KWI. Sesudah itu sesi malam ditutup dengan refleksi mendalam Rm Sumpana MSC (Wonosobo) dan doa Bp Ramli Tarigan tutupnya dari Medan . (Ring-o)

Comment