Petisi Laudato Si Movement Untuk COP 28

MediaSuaraMabes, Jakarta – Dalam WAG Kabar laudato Si Indonesia terdapat pengumuman bahwa saat ini Conference of Parties (COP) atau pertemuan puncak, untuk iklim dan keanekaragaman hayati yang dimulai pada tanggal 30 November di Uni Emirat Arab dan akan berlangsung hingga 12 Desember.

Para pemimpin politik akan bertemu di sana untuk memikirkan kembali, memulai kembali, dan memfokuskan kembali agenda iklim. KTT ini diadakan setelah Rio 92. “Pihak” dalam KTT iklim adalah 197 negara yang tergabung dalam UNFCCC, Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim.

COP iklim adalah pertemuan tahunan yang dihadiri oleh negara-negara yang telah mengadopsi Konvensi tersebut. Sejak tahun 2015, semua negara yang menganutnya menerima adanya perubahan iklim dan memiliki tujuan yang sama untuk membatasi peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dan mencapai emisi nol bersih dalam abad ini.

Sedangkan pengertian perubahan iklim menurut Enviromental Protection Agency (EPA) adalah perubahan iklim secara signifikan yang terjadi pada periode waktu tertentu. Dengan kata lain, perubahan iklim juga bisa diartikan sebagai perubahan suhu yang drastis, curah hujan, pola angin, dan lain sebagainya.

Krisis iklim global merupakan ketidakadilan bagi generasi muda. Diperkirakan semua anak di dunia potensial mengalami kejadian ekstrim akibat degradasi lingkungan. Sekitar 920 juta anak harus hidup dalam kelangkaan air bersih. Masifnya fenomena perubahan iklim membuat kondisi bumi rentan dari berbagai ancaman yang berisiko bagi jiwa manusia, mulai dari tingginya intensitas bencana alam hingga penularan wabah penyakit.sebagaimana di publikasikan Kabiro LN DKI Jakarta pada edisi 9 Oktober 2023 dibawah judul “”Krisis iklim Global “

Pada tahun ini Laudato Si’ Movement menyerukan petisi yang bertema Petisi yang Terinspirasi oleh Laudate Deum dan Laudato Si’ untuk COP28 yang ditujukan kepada Dr. Sultan Ahmed Al Jaber, Presiden UEA COP28.

Baca Juga :  Muhammadiyah Dirikan Sekolah Perempuan Di Belitung Timur

Adapun petisi ini berisi :
1. Mempercepat Transisi ke Energi Bersih dan Mewujudkannya dengan Adil
2. Berkomitmen pada Perjanjian Konkrit dan Mengikat
3. Mengembangkan dan melaksanakan Perjanjian Non-Proliferasi
4. Hindari Penundaan – Bertindaklah Sekarang
5. Kenali Sifat Krisis yang Saling Berhubungan
6. Merangkul Dimensi Manusia dan Sosial
7. Memastikan Transparansi, Pendanaan dan Pengawasan Perubahan Iklim.

Terakhir, biarkan transparansi, hormati komitmen, dan pengawasan menandai COP28.
Untuk itu kami mengundang Anda untuk mengisi petisi yang dibuat LSM untuk COP28 ini Untuk mendalami seruan petisi dan apa itu COP28, silakan melihat lampiran pdf yang tersedia.

Partisipasi Anda dalam petisi COP28 ini tentu saja sangat kami harapkan. Terimakasih atas dukungan dan komitmen yang diberikan kami ucapkan terimakasih. masa depan dunia, yang sejalan dengan pesan Paus Fransiskus dalam Laudate Deum.

Membangun mekanisme untuk memantau kemajuan, kerugian dan kerusakan finansial, aliran pendanaan untuk adaptasi dan mitigasi, dan menjaga akuntabilitas negara atas komitmen mereka. Utang negara yang tidak sah dan tidak dapat dibayar di negara-negara Selatan telah merusak lingkungan dan melanggar kedaulatan dan hak-hak masyarakat.

Membangun mekanisme untuk memantau kemajuan, kerugian dan kerusakan finansial, aliran pendanaan untuk adaptasi dan mitigasi, dan menjaga akuntabilitas negara atas komitmen mereka. Utang negara yang tidak sah dan tidak dapat dibayar di negara-negara Selatan telah merusak lingkungan dan melanggar kedaulatan dan hak-hak masyarakat.

Sekilas tentang pekan laudato Si Pekan Laudato Si dimaksudkan untuk merayakan lahirnya Ensiklik Laudato Si yang ditulis oleh Paus Fransiskus. Ensiklik tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia pada dasarnya saling terhubung (connected). Selain itu, Paus memperlihatkan fenomena.

Perlu diketahui bahwa pada 24 Mei 2015, Paus Fransiskus secara resmi menyelesaikan Pada Maret 2020, Paus Fransiskus mengundang umat Katolik untuk mempersiapkan diri dalam rangka menandai lima tahun kelahiran Ensiklik Laudato Si. Ia mendorong umat Katolik supaya bersukacita ketika mengejawantahkan nilai dan makna Ensiklik tersebut, yaitu merawat ciptaan (caring for creation). Namun, dalam pekan Laudato Si 2020 yaitu pada pertengahan Mei, Sebagaimana yang diberitakan media ini edisi 16 Agustus 2023 dibawah judul “Jakarta Darurat Udara Bersih”

Baca Juga :  Pelajar Versus Media Sosial

Lemahnya politik Internasional: Meskipun hari-hari kita sekarang tampaknya tanda-tanda kemunduran setiap generasi baru harus mengambil,perjuangan dan pencapaian dari generasi masa lalu, sambil mengarahkan pandangan mereka lebih tinggi lagi.Inilah jalannya kebaikan bersama dengan cinta, keadilan dan solidaritas. Tidak dapat dicapai untuk selamanya , hal ini harus diwujudkan setiap hari agar ada kemajuan yang solid dan bertahan lama.

Konferensi Perubahan Iklim : kemajuan dan kegagalan ? Selama beberapa dekade perwakilan dari 190 negara telah bertemu secara berkala untuk mengatasi isu perubahan iklim.Konferensi Rio De Jenairo tahun 1992 menghasilkan diadopsinya konverensi kerangka kerja PBB tentang perubahan Iklim, suatu Perjanjian yang mulai berlaku ketika ratifikasi yang diperlukan oleh para penandatanganan selesai pada tahun 1994. Selanjutnya diusulkan untuk menciptakan mekanisme mengenai kerugian dan kerusakan yang disebakan oleh perubahan iklim yang mengakui negara-negara kaya pihak yang paling bertanggung jawab dan berupaya memberikan kompensasi atas kerugian dan kerusakan yang diakibatkan oleh perubahan iklim dinegara-negara yang rentan.

Dr Sultan Ahmed Al Jaber, kami mempercayakan harapan dan impian kami untuk dunia yang lebih baik kepada Anda. Maukah Anda menghormati dan memuliakan umat manusia dengan mengambil langkah-langkah penting ini di COP28? Dunia sedang menyaksikan, dan masa depan kita bergantung pada kepemimpinan Anda. Dengan harapan dan urgensi, Silakan memasukkan petisi Anda ke :

Kami berkumpul bukan sebagai ahli atau pejabat, namun sebagai warga yang peduli pada rumah kita bersama. Kami telah menyaksikan berbagai konferensi iklim, ada yang ditandai dengan kemajuan, ada pula yang ditandai dengan kekecewaan. Menjelang COP28, kami mengharapkan Anda dengan permohonan sederhana: bertindak tegas demi masa depan dunia, yang sejalan dengan pesan Paus Fransiskus dalam Laudate Deum.

Baca Juga :  Berhasil Raih Juara 3 di Festival Bulan Pendidikan, Ahmad Fauzi: Punya Kesempatan Belajar

Pemerintah Republik Indonesia menyoroti hasil dari berbagai aksi iklim praktis yang dilakukan dalam memastikan tercapainya target penurunan emisi netral pada 2030 di sektor kehutanan dan lahan atau Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030 dalam Conference of the Parties (COP) 28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

“Pada COP28, prioritas kita adalah untuk menyoroti hasil-hasil utama dari aksi-aksi iklim yang kita lakukan, terutama dalam memastikan target-target iklim FOLU Net Sink 2030 Indonesia tetap berjalan sesuai rencana,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Menteri LHK), Siti Nurbaya, dalam keterangannya terkait Pembukaan Paviliun Indonesia di COP28, Dubai, UEA, pada Kamis (30/11/2023).

Menteri Siti Nurbaya berharap, hasil dari berbagai aksi iklim itu dapat membuat Indonesia mempertahankan kendali dan memainkan peran yang menentukan dalam mencapai tujuan peningkatan Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat. Terlebih, Indonesia telah menciptakan sejumlah langkah dan kebijakan monumental seperti Rencana Operasional Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030, yang merupakan hasil diskusi pada COP26 di Glasgow dua tahun lalu ujar Siti Nubaya.

Terlebih, pada tahun ini Indonesia menunjukkan kepemimpinannya dalam bidang pengendalian perubahan iklim, yaitu dengan hanya 16 persen dari total kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang disebabkan oleh kebakaran gambut serta tidak menimbulkan kabut asap lintas batas negara.

“Pencapaian-pencapaian ini tidak terjadi secara autopilot, namun merupakan hasil dari tindakan nyata terhadap perubahan iklim di lapangan, termasuk keberhasilan dalam menghindari kebakaran besar selama pandemi global COVID-19,”tutup Siti Nurbaya. (Ring-o)

Comment