Pengalaman Adharta, Berobat di RS Dalam Negeri dan RS Luar Negeri, Harus Bisa Menjadi Instrospeksi Renungan Bagi Dokter Dan RS Dalam Negeri

MediaSuaraMabes, Jakarta – Berawal dari Adharta yang ketua Umum Kill Covid ini sejak subuh Sabtu, 15 April bersiap siap bersama Lions club Jakarta Mitra Mandala Distrik 307 B1 Indonsia Bersama Killcovid-19 setia/komitmen yang sudah di lakukan lebih kurang dua bulan ini mengadakan bazar amal Ramadhan di Pesing Poglang.

Tentu saja banyak kurang lebihnya namun semuanya cukup di antisipasi termasuk Cuaca panas atau hujan Suasana Puasa dengan kerumunan ribuan orang membuat hatiku juga berdebar debar kata Adharta, Apalagi semua tidak pakai Masker (padahal Dalam perjalanan saya, lanjutnya menerima berita kurang mengenakkan yakni kenaikan kasus Covid-19 Di Indonesia sebagai dampak dari beberapa negara tetangga yang naik kasus infeksi secara signifikan seperti Singapura Malaysia Australia.

Apalagi Border masuk kita, sudah tidak ada pengawasan sama sekali Saya menyempatkan diri menelpon seorang sahabat di Singapura dari MOH untuk sedikit berdiskusi masalah Covid-19 Tetapi saya akhirnya malah berdiskusi tentang Berobat Ke Singapura mereka merespon tulisan saya tentang Berobat Keluar Negeri sangat positif dan sangat mendukung bahkan dalam diskusi singkat memberikan masukan masukan Mengingat persiapan Rumah Sakit di Indonesia masih tertinggal jauh dari Singapura yang hampir semua Rumah sakit sudah standard Kementrian.

Kesehatan sedang mengadakan Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia. Tetapi lebih banyak bersifat administratif saja. Saya setuju sekali masing masing Rumah sakit melakukan Studi Banding paling tidak dengan Singapura Jadi kita tidak seperti katak dibawah tempurung, kata Adharta, Merasa sudah hebat tetapi ternyata kropos didalamnya.

Beberapa tindakan yang harus kita ambil sambung Adharta lagi, untuk Rumah Sakit kita di Indonesia supaya mencegah Pasien tidak berobat keluar negeri Seperti pepatah Tiongkok Oleh Gong Fu Tse Kalau kita mau melangkah Seribu Langkah paling tidak kita harus ambil satu langkah dulu menuju ke seribu Langkah.

Baca Juga :  Al Hikmah Cimande Gelar Milad Ke 23 Dan Haul Ponpes Al Matiin

Pertama : Memperbaiki sistim administrasi Jangan bertele-tele (aduh kasus kemarin di RS X ada seorang Pasien mau keluar jam 9 pagi akhirnya jam 6 malam baru keluar ) Saya sempat berdiskusi dengan Rumah sakit.

Alasan klasik karena asuransi yang lama approvalnya Disisi lain Rumah sakit takut tidak di bayar oleh Pihak Asuransi Siapa yang harus tanggung jawab ? Nah ini yang harus kita jawab bersama. Ini pengalaman pribadi saya Capek deh.

Kedua : Kondisi Fisik Rumah sakit Mulai masuk sampai keluar. Perhatikan kebersihan, Parkir, Bangunan, Lantai, Lampu penerangan WC, Kamar mandi. Bagaimana kalau mau berobat pasien lihat rumah sakit jorok, Plafon rontok, Cat dinding blepotan. Ayo tunjuk sebuah perusahaan konsultan untuk bantu supervisi atau konsultan CM Detail nanti kita bisa berunding.

Ketiga: Perbaiki Manajemen perusahaan Mulai dari Top Manajemen (Sistim harus di perbaiki Total). Bayangkan Direksi Rumah Sakit di bebani urus perawatan WC, ruangan kamar perawatan, parkir dan administrasi Setiap rumah sakit perlu analisa Studi SWOT masing masing.

Seharusnya bagaimana yang baik (pikir sendiri) Sumber Daya Manusia di tata ulang Keuangan Finance yang perlu sistim penentuan penempatan dan unit cost. Operasional Perawatan (Khususnya Perawat Perawat), Produksi, Asuransi. Saya masih bisa titip satu jangan lupa adanya Pastoral Care Paska perawatan Kayak jual mobil itu ada after sales service gitu gampangnya (Saya tidak mengerti karena Rumah sakit selesai rawat pasien dianggap selesai. (Maka setiap RS, perlu menyediakan Kotak saran) dan harus di buka setiap Minggu atau setiap bulan serta di apresiasi untuk perbaikan kedepannya.

Mau ada keluhan atau complain bukan urusan rumah sakit. Kalau gak percaya saya silahkan lakukan Wawancara dengan pasien dan keluarga Nanti jawaban rumah sakit Kan yang complain satu dua orang saja yang lain kan memuji semua Kata Adharta saya One Patient complain is too much.

Baca Juga :  Penyerahan Ijazah Bahasa Rusia Pertama Kali di Bali

Keempat : Setiap rumah sakit perlu = Analisa/Studi SWOT (Strengths =Kekuatan, Weakness =Kelemahan, Opportunities = Peluang, dan Threats = Ancaman). Bahkan saya di analisa G (Istilah pasien) Perhatikan juga nama baik Masuk sehat, keluar MATI Waktu sangat menentukan Sebagai contoh ada pasien sakit dengkul di rawat 2 Minggu dan diputuskan operasi dan masih di rawat seminggu Alasan paling klasik berobat keluar negeri adalah Second Opinion atau cari pendapat dokter lain (kenapa ga dokter dalam negeri) Akhirnya second opinion menjadi First Opinion.

Jangan terlalu memaksakan diri kalau tidak mampu Alasan SOP (Standar, Operasional Prosedur-red) Tentu masih banyak yang harus di robah Analisa ini sangat penting terutama korelasinya dengan
Laboratorium, Foto rontgent, MSCT, MRI, USG Sehingga DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan-red) bisa mengambil langkah cepat Bandingkan di Singapura Saya bisa Medical Check Up lengkap dalam waktu 1 hari maksimal 2 hari Pengawasan Prosedur juga perlu dilaksanakan untuk hindari Mal Praktek DPJP Sistim IGD perlu di tinjau ulang Tanggung jawab SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu).

Menurut Kemenkes RI, nomor 1128/2022, (1) RS harus menetapkan bahwa setiap pasien memiliki DPJP dan telah melakukan asuhan pasien secara terkoordinasi dan terdokumentasi dalam rekam medis.(2) RS juga harus menetapkan proses perpindahan tanggung jawab koordinasi asuhan pasien dari satu DPJP ke DPJP lain, (3) Jika dilaksakan rawat bersama harus ditetapkan DPJP utama sebagai Kordinator asuhan pasien.

Kelima : Perbanyak Klinik Spesialis di Indonesia Urusan klinik Ruwet nya minta ampun akhirnya urus prosedur lupa pasien yang sudah sekarat. Kementrian Kesehatan harus pangkas birokrasi yang tidak perlu Jadi pasien tidak perlu ke rumah sakit tapi cukup ke Klinik Spesialis Ke dokter atau Rumah Sakit kalau ada perawatan Jadi Klinik Spesialis tidak di kelola Rumah Sakit (ini namanya setali tiga uang) Bandingkan dengan klinik Spesialis di Mt Elisabeth Singapura (Mbok bisa buka mata kita lebar lebar) Kondisi ini kita mampu Sehingga tidak perlu berobat keluar negeri Bahkan kita mampu menarik pasien dari luar negeri Kita punya Comparative Advantage.

Baca Juga :  Tahun ke-3, FPII Setwil Lampung Gelar Bhakti Sosial dengan Berbagai 1000 Paket Sembako di Bulan Ramadhan

Terlebih Sekarang boro boro panggil pasien Luar negeri pasien sendiri di sia siakan. saya Ingin mengajak ujar Adharta seluruh pasien dan keluarga di Indonesia kita rame-rame berobat dalam negeri Seandainya perlu pengobatan atau konsultasi second opinion Bisa sebagai konsultan saja Bisa On Line Dokter DPJP jangan marah kalau memang gak mampu ya ngaku ajah deh ga mampu Sikap merah putih/pejuang harus kita dahulukan Dan prioritaskan pengobatan dalam negeri Karena menurut saya kondisi pasien berobat keluar negeri jauh lebih banyak dari yang di Catat oleh Presiden Jokowi Saya minta seluruh Rumah sakit Legowo Rendah hati menerima kenyataan Jangan Sombong tapi Ompong Ayo Bersama kita maju Siapkan dunia media kita Kita promosikan Satu Sehat Satu Indonesia One Patient Go overseas is.

Pengalaman Adharta yang berobat di dalam negeri dan pengalaman berobat diluar negeri serta hasil sharing dengan dokter luar negeri dan para pasien, hendaknya bisa menjadi introspeksi dan pembelajaran bagi Dokter dan RS dalam negeri Indonesia, Kalau Semboyan kita “mengatakan “Cintailah produksi Dalam Negeri”, Maka “cintailah juga Dokter dan RS Dalam Negeri” kecuali dalam keadaan terpaksa. Dan untuk Pemerintah juga, dalam hal ini, Kemenkes RI, segera benahi RS kita melalui Akreditasi dan Supervisi. Jika tidak mencapai Kriteria Kompetensi Minimal, sebaiknya cabut Ijinnya atau di merger dengan RS yang sudah memenuhi Standar minimal-red). “Ring-o”

Comment