Mengatasi Kehilangan dan Kerusakan Akibat Perubahan Iklim

MediaSuaraMabes, Jakarta – Perubahan iklim adalah ancaman nyata bagi bumi dan seisinya. Dampak perubahan iklim semakin nyata dirasakan di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Sebagai salah satu negara paling rentan terhadap perubahan iklim, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam penanggulangan dampak ini, terlebih saat berbicara mengenai kehilangan dan kerusakan ya.

Menurut PBB, perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas.( dilansir dari CNBC Indonesia)

Sedangkan menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC): mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan keadaan iklim yang dapat diidentifikasi, misalnya menggunakan uji statistik dengan perubahan rata-rata dan/atau variabilitas sifat-sifatnya dan bertahan untuk waktu yang lama, biasanya beberapa dekade atau lebih.

Sementara NASA menjelaskan perubahan iklim adalah perubahan cuaca yang biasa terjadi di suatu tempat. Sebagai contoh, perubahan curah hujan bias dalam setahun. Perubahan iklim menurut NASA juga merupakan perubahan iklim bumi, seperti perubahan suhu bumi.

Selanjutnya, Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.

Kehilangan dan kerusakan, atau dikenal sebagai Loss and Damage, merupakan dampak perubahan iklim yang tidak dapat dihindari dengan tindakan mitigasi, adaptasi maupun manajemen risiko bencana.

Untuk mengatasinya, diperlukan tata kelola yang berbeda dengan adaptasi perubahan iklim. Bagi negara berkembang, seperti Indonesia, konteks tata kelola ini cenderung masih berada pada tahap yang prematur, yang kemudian dapat berujung pada semakin besarnya potensi kehilangan dan kerusakan yang timbul.

Pada 30 November s.d. 11 Desember 2015 yang lalu CNBC Indonesia diselenggarakan Konferensi Perubahan Iklim ke-21 yang berlangsung di Paris, sebagaimana yang saya beritakan di media ini, edisi 4 April 2024 dibawah judul “ Ensiklik Laudato Si, Untuk semua orang” Ada sekitar 150 pemimpin negara , berikut dengan 40.000 delegasi dari 195 negara, menghadiri konferensi Conference Of the Parties (COP 21), tingkat politik global. Para pemimpin ini memiliki satu misi: Menyepakati upaya yang mengikat secara hukum mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca, untuk mempertahankan kenaikan suhu global kurang dari 2 derajat Celsius dibandingkan suhu global pra-industri.

Baca Juga :  Obrolan Stakeholder Di Pancer Dorr Bersama Dandim 0801 Pacitan Letkol Imam Musahirul

Gerakan Laudato Si’ atau dalam bahasa Inggrisnya Laudato Si’ Movement (LSM) adalah jaringan global lebih dari 900 organisasi Katolik dan lebih dari 10.000 pemimpin akar rumput terlatih yang dikenal sebagai Animator Laudato Si’. Terinspirasi oleh ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus, misi LSM adalah untuk “menginspirasi dan memobilisasi komunitas Katolik untuk merawat rumah kita bersama dan mencapai keadilan iklim dan ekologis”.

Penulis menyebutnya, master piece sebab, tulisan ini memberi perhatian besar kepada upaya-upaya kita merawat bumi secara universal dan peduli terhadap perubahan iklim yang terus menerus terjadi
Paus Fransiskus pada bulan Mei 2015 lalu telah mengeluarkan ensiklik “Laudato Si” yang mengajak kita semua untuk menjaga, merawat alam dari kehancuran. Ensiklik Laudato si’ (bahasa Italia yang berarti “Puji Bagi-Mu”) adalah ensiklik kedua dari Paus Fransiskus. Ensiklik ini memiliki sub judul “On the care for our common home” (dalam kepedulian untuk rumah kita bersama). Dalam ensiklik ini, Paus mengKritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan, terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil “aksi global yang terpadu dan segera”.

Dalam Ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus menuliskan argumen teologinya tentang pentingnya mengatasi perubahan iklim dan melindungi lingkungan. Ia menjelaskan kerusakan yang terus-terusan dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sebagai “satu tanda kecil dari krisis etika, budaya dan spiritual modernitas.

Mercy Corps Indonesia (MCI) saat ini sedang menyusun Kajian Perkembangan Pengetahuan, Tata Kelola dan Kerangka Penanggulangan Kehilangan dan Kerusakan Akibat Perubahan Iklim di Indonesia untuk mengetahui status pengetahuan dampak perubahan iklim di Indonesia, potensi celah kelembagaan, ruang lingkup adaptasi dan pengurangan risiko bencana saat ini, serta pilihan kerangka penanggulangan kehilangan dan kerusakan. Sebagai upaya menjaring masukan untuk memperkuat hasil kajian tersebut, MCI menyelenggarakan Kegiatan Diskusi Daring Kajian Kehilangan dan Kerusakan dengan melibatkan multipihak sebagai pembahas maupun partisipan.

Baca Juga :  Rasulan Kalurahan Karangrejek Wonosari Berlangsung Sederhana

Perubahan iklim disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor manusia dan alam. Namun, aktivitas manusia punya dampak besar pada perubahan iklim. Berikut penjelasan lengkap soal penyebab perubahan iklim (CNBC Indonesia )

1. Efek Rumah Kaca : Efek rumah kaca merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bumi memiliki efek seperti rumah kaca dimana panas matahari terperangkap oleh atmosfer bumi. Istilah ini pasti sudah pernah Anda pelajari sejak bangku Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2. Pemanasan Global : Istilah perubahan iklim sering kali tertukar dengan pemanasan global. Padahal, fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari perubahan iklim. Ini karena parameter iklim tak cuma temperatur, tapi ada juga kondisi awan, angin, hingga radiasi matahari.

3. Pembuatan Energi : Energi listrik dan panas dihasilkan dengan membakar bahan bakar fosil, sehingga menghasilkan emisi karbon dioksida dan dinitrogen oksida, yaitu gas rumah kaca penyebab perubahan iklim.

4. Penggunaan Transportasi : Selanjutnya ada penggunaan transportasi yang juga menjadi salah satu penyebab perubahan iklim. Bahan bakar fosil sebagai sumber energi kendaraan menyebabkan perubahan iklim karena emisi gas karbon dioksida.

5. Penebangan Hutan : Emisi gas rumah kaca juga timbul akibat penebangan hutan. Pohon yang ditebang akan melepaskan karbon yang tersimpan di dalamnya. Karena hutan menyerap karbon dioksida, penebangannya juga mengakibatkan berkurangnya penyerapan emisi gas rumah kaca.
Cara Mengatasi Perubahan Iklim :

Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi perubahan iklim. Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB menjelaskan beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa Anda lakukan dengan mudah. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

1. Hemat Energi
Sebagian besar listrik dan panas ditenagai oleh batu bara, minyak, dan gas. Oleh karena itu, cara mengatasi perubahan iklim yang pertama adalah dengan menggunakan lebih sedikit energi dengan menurunkan pemanasan dan pendinginan.

Baca Juga :  Ada Apa Musyawarah Cabang Hipmi PT Unila?

2. Jalan Kaki, Bersepeda, atau Gunakan Transportasi Umum
Kendaraan membanjiri jalanan dan membuat kemacetan. Kebanyakan dari kendaraan yang ada di jalan raya membakar solar atau bensin. Solusinya, Anda bisa mencoba berjalan atau mengendarai sepeda daripada mengemudi karena ini akan mengurangi emisi gas rumah kaca serta membantu menjaga kesehatan.

3. Beralih ke Kendaraan Listrik
Jika Anda berencana membeli mobil, pertimbangkan untuk membeli mobil listrik. Mobil listrik membantu mengurangi polusi udara dan menyebabkan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih sedikit daripada kendaraan bertenaga gas atau diesel.

4. Perbanyak Makan Sayur
Asupan makanan juga berpengaruh dalam mengatasi perubahan iklim. Anda bisa makan lebih banyak sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, dan sedikit mengonsumsi daging dan susu.

5. Kurangi, Gunakan Kembali, Perbaiki, dan Daur Ulang
Terakhir, ada cara mengatasi perubahan iklim tak kalah mudah yang bisa Anda coba. Elektronik, pakaian, dan barang-barang lain yang Anda beli menyebabkan emisi karbon di setiap titik produksi, mulai dari ekstraksi bahan mentah hingga pembuatan dan pengangkutan barang ke pasar. Untuk melindungi iklim, beli lebih sedikit barang, belanja barang bekas, perbaiki apa yang Anda bisa, dan lakukan daur ulang.

Itulah pengertian, penyebab, dan cara mengatasi perubahan iklim. Jadi, jangan sampai bingung memahami perubahan iklim. Anda juga bisa mulai melakukan gerakan kecil yang berdampak besar untuk menjaga iklim bumi. Semoga bermanfaat(Ring-o)

Comment