Lebih 700 Warga Sipil Tewas Dalam Krisis Myanmar. Sukamta: Perlu Segera Digelar KTT ASEAN

SuaraMabes, Jakarta – Sejak militer melakukan kudeta dan merebut kekuasaan di Myanmar dari pemimpin sipil pada 1 Februari 2021 lalu, hingga Rabu (14/4/2021) jumlah warga sipil yang meninggal akibat tindak kekerasan dari aparat lebih dari 700 orang.

Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi 1 DPR RI Sukamta menyebut apa yang terjadi di Myanmar saat ini adalah tragedi bagi ASEAN.

Menurut Sukamta, para pemimpin ASEAN harus segera melakukan tindakan nyata untuk mencegah korban jiwa berjatuhan.

“Para pemimpin ASEAN tidak boleh tinggal diam, harus ada upaya konkret untuk segera menghentikan kekerasan terhadap warga sipil di Myanmar,” kata Sukamta kepada para awak media, Kamis (15/4/2021).

Sukamta mengatakan, usul Presiden Jokowi agar diadakan KTT ASEAN untuk membahas krisis di Myanmar sudah tepat.

“Seharusnya hal ini segera diwujudkan apalagi beberapa negara ASEAN seperti Malaysia dan Brunei menghendaki bisa diselenggarakan di Jakarta sebagai Sekretariat ASEAN,” imbuh Wakil Ketua F-PKS DPR RI ini.

Sukamta berharap, Menlu Retno Marsudi bisa secara intensif melakukan komunikasi dengan para menlu di ASEAN untuk segera mewujudkan KTT tersebut.

“Jika perlu Presiden bisa melakukan hotline kepada para pemimpin di ASEAN karena gentingnya situasi di Myanmar,” usul Sukamta.

Menurut Sukamta, para pemimpin ASEAN jangan sampai ragu melangkah karena adanya prinsip non-intervensi ASEAN, lantaran situasi yang terjadi di Myanmar saat ini dengan banyaknya korban sipil menuntut sikap tegas ASEAN untuk campur tangan.

“Yang terjadi di Myanmar saat ini sudah mengarah kepada pembunuhan massal oleh rejim secara sistematis. Ini bentuk kejahatan HAM yang sangat berat,” ungkap legislator asal Dapil DI Yogyakarta ini.

Sukamta menjelaskan, dalam hal ini ada prinsip internasional Tanggung Jawab untuk Melindungi atau Responsibility to Protect (R2P) yang diusung oleh PBB dimana dimungkinkan adanya intervensi langsung dari suatu negara jika negara lain dianggap gagal melindungi warganya dari kekerasan.

Baca Juga :  Diluncurkan Kapolri, Ketua DPR RI dan Panglima TNI, Aplikasi UMKM Presisi Resmi Diperkenalkan Polda Kalsel

“Para pemimpin ASEAN tentu sangat paham dengan prinsip ini dan bisa menggunakannya dalam menyikapi krisis di Myanmar,” tukas Sukamta.

Lebih lanjut, Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Luar Negeri (BPPLN) DPP PKS itu saat ini melihat, sangat dibutuhkan campur tangan komunitas internasional, apalagi krisis di Myanmar ini bisa bertambah pelik dengan masuknya permasalahan konflik etnis.

“Jika isu bergeser dari masalah kudeta dan pembataian warga sipil kepada isu konflik etnis, tentu akan lebih menyulitkan bagi ASEAN untuk campur tangan. Itu sebabnya KTT ASEAN harus segera diwujudkan. Ini juga akan menjadi desakan lebih kuat kepada PBB dan komunitas internasional lainnya melakukan tindakan konkrit atasi krisis Myanmar,” pungkas Sukamta. (ron)

Comment