Oleh: Suandi Silalahi *)
SuaraMabes, Banten – Hari Pendidikan Nasional. Surat Keputusan Presiden RI Nomor 305 Tahun 1959
“Setiap orang menjadi guru, dan setiap rumah menjadi sekolah. Pendidikan tidak berhenti di gedung sekolah, tapi juga di rumah dan di jalan.” Ki Hadjar Dewantara
“Pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedangkan hidup batin itu terdapat dari pendidikan. Manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi berdasar pada kekuatan sendiri.” Ki Hadjar Dewantara
“Kalau suatu ketika ada yang bertanya tentang saya, apakah aku seorang radikal, seorang humanis, seorang politisi, seorang pejuang pergerakan? Maka katakanlah, ” Aku hanyalah seorang Indonesia biasa dan aku adalah seorang Indonesia dengan cara Indonesia.” Ki Hadjar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara) lahir 2 Mei 1889. Adalah seorang Indonesia dengan cara Indonesia memikirkan dan meletakkan dasar-dasar filosofi pendidikan Indonesia pada awalnya, masih di zaman perjuangan dan pada zaman kemerdekaan.
Pikiran dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara untuk pendidikan Indonesia adalah benar dengan cara Indonesia. Pertama-tama Sang Guru yang berilmu tinggi (baca: Ki Hadjar) mengawali dasar filosofi pendidikan kita dengan adanya tujuan. Adapun yang menjadi tujuan pendidikan Indonesia oleh Ki Hadjar adalah Tri Rahayu:
1. Hayuning Sarira (pendidikan bertujuan untuk mempercantik setiap murid)
2. Hamemayu Hayuning Bangso (mempercantik dan memperindah bangsa)
3. Hamemayu Hayuning Bawono (memperindah dan mempercantik alam semesta)
Dari Tri Rahayu ini Ki Hadjar meringkaskannya bahwa sesungguhnyalah hanya pendidikanlah yang menjadi kunci kemajuan peradaban.
Setelah mengutarakan tujuan pendidikan melalui Tri Rahayu, maka Menteri Pengajaran-1 Indonesia ini merumuskan dasar kerja pendidikan Indonesia, yaitu Tri Loka;
1. Ing Ngarsa Sung Thulada (di depan menjadi contoh/teladan yang baik).
2. Ing Madya Mangun Karsa (di tengah hendaklah membangun dan mencipta kreativitas juga inisiativitas).
3. Tut Wuri Handayani (menuntun dari belakang untuk memberdayakan dan menguatkan)
Oleh Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan Indonesia selain sudah ada tujuan juga sudah ada dasar kerja pendidikan maka seyogianya ada juga sistem pendidikan, namanya Tri Mong pendidikan:
1. Momong (dalam sistem ini maka sistem pendidikan itu haruslah bersedia merawat dalam kasih sayang dan terus menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik)
2. Among (ya, terus memberi contoh teladan untuk memilih yang baik, bukan yang buruk)
3. Ngemong (terus mengamati, merawat, menjaga supaya yang dirawat mampu mengembangkan dirinya, mau bertanggung jawab, disiplin, seturut nilai-nilai Indonesia)
Selanjutnya, setelah Tri Rahayu, Tri Loka, Tri Mong, maka Ki Hadjar juga mengutarakan aktivitas tempat dan kawasan pendidikan itu yaitu Tri Pusat:
1. Keluarga (tempat awal sebagai aktivitas mendidik budi pekerti dan lakon sosial)
2. Perguruan (sebagai balai wiyata, usaha mencari dan memberikan ilmu pengetahuan)
3. Pergerakan pemuda (sebagai wilayah merdekanya berpikir kaum pemuda untuk melakoni penguasaan diri tentu untuk pembentukan watak jati diri atau karakter)
Dalam pendidikan, tentu ada proses kegiatan belajar mengajar. Maka dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara juga merumuskan ranah pendidikan, namanya Tri No dan Tri Nga.
Adapun Tri No adalah
1. Nonton melhat-lihat dengan mata)
2. Nitemi (juga mengingat-ingat)
3. Nirokke (meniru yang baik untuk dilakoni)
Adalah yang terakhir disebutkan, yaitu Tri Nga:
1. Ngerti (paham dan memahami secara kognitif )
2. Ngerasa (cerdas afektif)
3. Ngelakoni (cerdas tindakan/ lakon)
Ki Hadjar Dewantara juga merumuskan ideologi pendidikan Indonesia adalah pendidikan kerakyatan. Apa itu pendidikan kerakyatan? Adalah pendidikan yang berparadigma bahwa pendidikan anak-anak adalah bagian dari mendidik rakyat seutunya untuk mendapatkan gerak maju peradaban.
Jika melalui pendidikan kerakyatan gerak maju peradaban diperoleh, ya, tentulah negara menjadi kuat dan rakyat menjadi beradab dan herediter, turun temurun anak-anak bangsa kelak mencitai bangsa dan negaranya. Hal-hal yang bisa menjadi landasan pendidikan rakyat adalah bersemangat keluhuran, berbudi pekerti, berkecerdasan, berkarakter kebangsaan juga bersikap kekeluargaan.
Namun demikian, semua pemikiran tentang pendidikan Indonesia oleh Ki Hadjar Dewantara tidaklah diam statis. Pendidikan Indonesia haruslah ada pada gerak dinamis.
Akhir kata, yang menjadi pertanyaan ” Apa dan bagaimana Potret Pendidikan Indonesia sekarang ini?

Redaksi Media Suara Mabes (MSM) sebagai editor Publisher Website
Comment