Jakarta Darurat Udara Bersih

MediaSuaraMabes, Jakarta – Tata ruang yang berorientasi pada kepentingan ekonomi tidak berwawasan ekologi serta krisis iklim yang terjadi secara global telah terakumulasi memperparah kerawanan Jakarta yang secara geografis sudah memiliki potensi bencana alami. Hal tersebut turut juga diperparah dengan kecenderungan pemerintah yang menjawab persoalan lingkungan hidup dengan pendekatan praktis melalui proyek infrastruktur.

Bagaimana mewujudkan Jakarta Bersih Jakarta Hijau ? kata RB Sutarno seorang aktifis Lingkungan Hidup, yang getol mengedukasi Masyarakat untuk peduli lingkungan dan Sampah, Tanaman hijau. Kendaraan bermotor, pabrik, kompor rumah, pembakaran makanan,cuaca ekstrem ,pembakaran Sampah pembangkit listrik memberi kontribusi BURUKNYA KUALITAS UDARA JAKARTA. kata RB Sutarno melalui WAG nya kepada Ringo Jurnalis pusat Media Suara Mabes ,Senin 14 Agustus 2023.

Kebijakan pemerintah atasi masalah udara Jakarta , menjadi perbincangan umumlanjutnya. Apa sumbangan masyarakat Jakarta untuk perbaiki kualitas udara? “LINDUNGI DIRI dari dampak kualitas udara buruk sambung Sutarno!” – rumah hijau dengan aneka tanaman pangan sehat – konsumsi sayuran segar dari bahan pangan pekaranga – kelola sampah secara cermat tanpa pembakaran SAMPAH yg memperburuk udara Jakarta – olah raga di pekarangan yg dikelilingi aneka tanaman sumber oksige – wujudkan gang hijau sepanjang rumah, RT/RW, sekitar hunian.

Beberapa pertanyaaan yang harus dijawab publik. sambung Sutarno yaitu : Sudahkah SAYA pilah kelola sampah di rumah ? Apakah saya masih membakar SAMPAH ? Sudahkah saya menanam sayuran di pekarangan rumah ? Untuk solusi besar terkait dengan kebijakan, tentu pemerintah,lembaga terkait ambil kebijakan. Bukan hanya pemerintah dan Lembaga terkait ujar Tarno tetapi juga masayarakat luas terang Sutarno.

Secara geografis, Jakarta yang berbentuk cekungan dan menjadi muara dari 13 sungai yang berhulu di luar kota memiliki kerentanan alami terhadap beberapa bencana seperti banjir sungai dan rob. Bagian selatan Jakarta yang cenderung berbukit juga memiliki potensi kerawanan longsor sementara semakin ke Utara yang terbentuk dari tanah lapisan aluvial cenderung berpotensi mengalami penurunan tanah dan banjir rob (walhi)

Baca Juga :  Maulid Nabi SAW Di Pondok Pesantren Syamsul Arifin Belitung Timur

Alih-alih meredam risiko bencana yang sudah ada, pembangunan Jakarta dari tahun ke tahun justru dilakukan secara sporadis dan destruktif. Atas nama pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, ruang-ruang dengan fungsi ekologis terus digerus untuk menunjang Jakarta sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan bisnis. Wilayah selatan Jakarta yang merupakan kawasan berbukit dan memiliki fungsi resapan air ini turut mengalami pembangunan pesat sebagai penunjang ekonomi. Sementara Jakarta Utara, dengan potensi penurunan muka tanahnya, selain harus menunjang kawasan perkantoran, juga dibebani kawasan pelabuhan dan industri. Padahal, dengan kondisi lingkungan dan kerentanan bencana pada kedua wilayah tersebut, pembangunan seharusnya dibatasi. Antara Krisis Iklim dan Buruknya Tata Ruang.

Dalam konteks peruntukan lahan, Jakarta tidak pernah bisa konsisten mempertahankan area hijau yang sejatinya memiliki fungsi ekologi berupa area resapan dan penangkap emisi. Berdasarkan data yang diolah Walhi Jakarta dari beberapa sumber, Jakarta sudah kehilangan sekitar 22.656 hektar RTH dalam kurun 39 tahun. udah kehilangan banyak area resapan dan parkir air, kemampuan tanah menyerap air hujan pun terus dikurangi dengan pembangunan bangunan fisik yang menutup permukaan tanah. Catatan Walhi Jakarta, sampai tahun 2021, 93 persen lahan ibu kota sudah terbangun. Selain itu, Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Pertanahan (DCKTRP) DKI Jakarta pada 2019 juga menyebutkan, hampir 90 persen permukaan tanah Jakarta tertutup beton

Giat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Disisi lain, Giat UMKM di paroki² untuk menggerakkan roda ekonomis umat terus bergeliat. Salah satu aplikasi konsep 3P: People (Sosial)-Profit (ekonomi)-Planet(lingkungan). Membina UMKM untuk memberikan sumbangsih bagi Bumi, selain teknik digital marketing, food stylist(fashion), packaging( mengemas ), dll.

Bagaimana, dan dari mana Penggiat Lingkungan Hidup Menghidupi,Membiayai Hidup dan Aktivitas di saat bukan lagi ASN, Pegawai, Karyawan ? Dapatkah aktivitas ,aksi lingkungan hidup mendapat dukungan keluarga, masyarakat dan terus berjalan secara mandiri ? Mengkondisikan aktivitas LH dengan terpadu berkelanjutan , hingga sampai pada dirasakannya dampak aksi, bidang :
– ekonomis
– ketahanan pangan
– social
– Kesehatan
– edukasi.

Baca Juga :  Gulirkan Kelas Pangkas Rambut, Alumni Australia Di Sidoarjo Berdayakan Orangtua ABK

Dalam kemandirian dengan kolaborasi aksi dengan menjalin kelembagaan serta kerja sama antar penggiat,aktivis LH sangat memberi peluang aktivis dapat terus bergerak serta berkelanjutan.Produk ramah lingkungan, kolaborasi aksi juga menjadi kunci penggiat lingkungan tetap memiliki semangat untuk berkarya.Diskusi antar penggiat lingkungan,berbagi model aksi menjadikan kekayaan aktivis semakin bertumbuh kembang secara mandiri.Semoga semua aktivis, penggiat , relawan Lingkungan Hidup terus semangat dalam.kemandirian membiayai, menghidupi aksi juga komunitasnya.tutup RB Sutarno , ( Ring-o)

Comment