Hari Kesiapsiagaan Bencana, Siap Untuk Selamat Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana

MediaSuaraMabes, Buol — Berdasarkan sosialisasi Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022, Hari Kesiapsiagaan tahun ini tetap dengan tema *Siap Untuk Selamat* dengan sub tema *Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana*.

Tujuan dari Hari kesiapsiagaan Bencana tahun 2022 adalah meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan bencana seluruh lapisan masyarakat di masa pandemi covid-19 menuju Keluarga Tangguh Bencana.

Pelaksanaan hari kesiapsiagaan bencana dapat melalui sosialisasi, kampanye, pelibatan tokoh masyarakat, ataupun melalui media cetak, sosial, dan elektronik. Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana berlangsung selama satu bulan, dimulai dari tanggal 25 Maret 2022 dan puncak acaranya akan diadakan pada Hari Selasa, 26 April 2022.

Mari sukseskan Hari Kesiapsiagaan Bencana, jangan lupa bunyikan secara serentak kentongan, sirine atau lonceng pada 26 April 2022 pukul 10.00 waktu setempat, sebagai tanda mulainya latihan evakuasi mandiri dan segera menuju tempat aman terdekat. Kenali ancamannya, pahami resikonya, dan tingkatkan budaya resiko bencana

Sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo pada saat Rakornas Penanggulangan Bencana 2022, perlu adanya pembangunan sistem edukasi kebencanaan berkelanjutan di daerah rawan bencana, budaya sadar bencana harus dimulai sejak dini mulai dari individu, keluarga, komunitas, sekolah, sampai lingkungan masyarakat. Sesuai dengan konsep pentahelix dimana perlu adanya partisipasi dari semua elemen masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana.

Salah satu partisipasi yang bisa dilakukan masyarakat adalah aktif dalam pelatihan dan simulasi penanggulangan bencana. BNPB menjadi inisiasi menjadikan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana, tanggal ini dipilih untuk memperingati ditetapkannya UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Peneliti Lingkungan Hidup dan Kebencanaan LPMS-KSDA, Isma jaya:

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keberagaman budaya, suku, adat istiadat, tradisi, ras dan juga sumber daya alamnya yang melimpah. Dibalik semua itu, Indonesia juga memiliki sisi gelap yaitu banyak bencana yang pernah melanda negeri tercinta kita ini. Maka tidak heran jika Indonesia disebut daerah rawan bencana.

Baca Juga :  Bupati Di Dampingi Wakil Bupati Pesibar Mengikuti Rapat DPRD Agenda Persetujuan Kesepakatan RAPBD-P Tahun 2021

Beberapa penyebab dari banyaknya bencana di Indonesia adalah letak Indonesia yang dilalui sirkum pasifik atau biasa disebut _Ring of Fire_ sehingga tidak heran di Indonesia banyak terdapat gunung berapi, dan Indonesia juga merupakan tempat bertemunya tiga lempeng yaitu lempeng Eurasia, lempeng India, dan lempeng Australia yang membuat daerah ini menjadi daerah rawan gempa bumi.

Selain itu Indonesia juga memiliki curah hujan yang tinggi, berkisar 1000-4000 per tahunnya sehingga tidak heran jika di Indonesia sering terjadi banjir dan tanah longsor.

Begitu juga dengan Kab. Buol yang terletak diujung utara Sulawesi Tengah dan berbatasan kangsung dengan Laut Sulawesi.

Kab. Buol yang memiliki luas sekitar 4.044 km² dengan jumlah penduduk 145,254 jiwa (BPS, 2020), dengan kepadatan penduduk sebanyak 36,49 jiwa/km² yang tersebar di 11 Kecamatan.

Dilihat dari topografi wilayah, Kab. Buol sebagian besar berada pada wilayah pesisir atau sekitar 60% dari total luas wilayah. Sementara untuk daerah perbukitan dilimpahi sumberdaya alam sebagai basis perekonomian.

Kab. Buol dilalui oleh DAS (Daerah Aliran Sungai) utama yakni DAS Buol – Lambunu dengan Sub DAS Lakea, Lantika Digo, Bunobogu, Matinan, dan Kuala Besar. Hal ini mempertegas bahwa wilayah daratan dan perbukitan merupakan daerah tangkapan air dan sumber oksigen dunia.

Jika mengacu pada indeks risiko bencana indonesia yang di rilis oleh BNPB tahun 2021, Kab. Buol berada pada ranking 352. Artinya bahwa Kab. Buol salah satu daerah yang memiliki risiko bencana dengan tingkat mitigasi dan penanganan yang sangat rendah.

Hal tersebut sejalan dengan Peta Risiko Bencana yang di rilis oleh BPBD Kab. Buol tahun 2021. Terlihat bahwa untuk wilayah pesisir memiliki risiko bencana berupa abrasi pantai dan gelombang tinggi, gempa dan tsunami, serta beberapa titik seperti di Kec. Karamat, Kec. Biau, dan Kec. Lake memiliki risiko banjir, tanah longsor, dan pergerakan tanah.

Baca Juga :  Pemerintah Kabupaten Langkat Lantik Dua Pejabat Eselon III

Kec. Momunu, Kec. Bukal, Kec. Tiloan, dan sebagian Kec. Bokat dan Bunobogu memiliki risiko yang cukup tinggi untuk bencana banjir dan tanah longsor. Bencana tersebut bahkan hadir 2 (dua) kali dalam setahun. Jelaslah hal ini menjadi ancaman bagi keberlangsungan tatanan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.

Selain itu, berdasarkan rilis BMKG tahun 2021 dan hasil penelitian Pakar Kebencanaan, telah ditemukan _Sesar_ (patahan gempa) baru yang melintasi di perairan laut buol memanjag hingga ke perairan kaut tolitoli dengan potensi guncangan gempa yang cukup tinggi dan potensi tsunami yang relatif tinggi juga.

Masih banyak lagi bencana yang dating silih berganti, sehingga perlu bagi kita untuk sadar akan bencana, mampu memahami resiko bencana, dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana.

Comment