Demokrasi dan Ternak Politik

MediaSuaraMabes, Makassar — Sebagai negara yang memiliki asas demokrasi dan yang terbesar ketiga setelah Amerika dan India, Indonesia memiliki sisi buram yang selalu ditampilkan dan bahkan banyak menuai kejanggalan, akhir-akhir ini demokrasi hanya dijadikan suatu perdebatan bukan suatu jalan yang sudah memiliki legal formil. Bahkan demokrasi kadang salah kaprah menafsirkan terkait konsep demokrasi itu sendiri, ditambah korupsipun kian menjamur di negara kesatuan ini.

Abraham Lincoln menyatakan bahwa demokrasi seperti halnya mimpi dan ilusi. MITOS kedaulatan rakyat, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat masih sebatas ilusi seperti tercantum dalam konstitusi
negara. Konstitusi negara secara tegas menempatkan kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat yang diselenggara oleh negara.

Salah satu tujuan negara dihadirkan adalah membangun kedaulatan dalam semua aspek kehidupan. Antara lain adalah
kedaulatan dalam bidang sosial, ekonomi dan politik serta penegakan nila-nilai demokrasi bermartabat bagi seluruh rakyat.

Indonesia memilih jalan demokrasi sebagai jalan sistem pemerintahan, yaitu sistem yang menempatkan kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat. Oleh karena itu desain kebijakan negara harus merefleksikan kepentingan rakyat bukan menguntungkan sekelompok orang atau orang-orang yang berada dalam lingkaran kekuasaan saja.
Seiring perkembangan demokrasi saat ini, daulat rakyat telah tereduksi menjadi daulat sekelompok orang atau kelompok
kepentingan. Kekuatan sekelompok orang itulah yang menjadi sumber persoalan dimana negara  telah menjadi sandera oleh kepentingan para oligarki itu.

Eksistensi demokrasi hanya diterjemahkan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Pada kenyataannya konsep seperti ini hanya ada 600 SM pada masa kelahiran Yesus Kristus. keberadaan demokrasi ini pun mulai terkikis dan buram. Demokrasi kini hadir hanya pada konsepsi pemilu, dan wajah demokrasi muncul pada saat kampanye politik. Bahkan kata demokrasi hanya dikaitkan pada kalkulasi suara sehingga yang awalnya demokrasi sebagai metode untuk sampai pada tujuan namun kini demokrasi hanya dijadikan sebagai tujuan. Sehingga partai politik hidup dengan wajah barunya dan beternak masa pemilu hanya untuk target pada tujuan partai politik bukan objeknya masyarakat sesuai dengan amanat konstitusi yang ada, sehingga eksistensi demokrasi tetap bertahan. (Sulatin)

Baca Juga :  Al Hikmah Cimande Gelar Milad Ke 23 Dan Haul Ponpes Al Matiin

Comment