Berkat Usaha Burungnya, Pak Nour Kini Jadi Juragan

SuaraMabes, Banyuasin – Nour Wahidin dalam perbincanganya dengan awak media ini dikediamanya berawal untuk mulai meristis usahanya dengan budidaya unggas jenis burung puyuh (bahasa Jawa burung Gemak) ini dengan membeli bibit unggas jenis puyuh dari saran rekannya saat pulang berlibur di Daerah Provinsi Lampung akhir tahun 2020 lalu. Sudah 4 bulan ini sepulang dari Lampung berusaha membawa bibit unggas itu sebanyak 60 ekor.

Sebelum dibelinya bibit itu, warga asal Daerah Pangenyongan Jawa Tengah tersebut berusaha mempelajari bagaimana budidaya unggas jenis puyuh itu menghasilkan dengan modal awal 60 ekor tersebut yang sekaligus sebagai oleh-oleh untuk kembali kedesanya sebagai warga ekstran Karang Agung tepatnya di Desa Karang Mulya Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan.

Mulai pembuatan kandang, jenis pakan dan cara perawatan pun ilmunya didapat termasuk mendapatkan bibit serta cara penangkaran telur yang bagus pun diketahui. Alhamdulillah dari 60 ekor puyuh yang dipeliharanya pada 50-60 hari sudah mulai bertelur.

Dari situlah diceritakan Pak Nour, mulai pingin menambah usahanya lebih dibesarkan lagi dan hingga awal April 2021 lalu usahanya sudah mampu memiliki burung Gemak sebanyak 1000 ekor dan siap bertelur. “Jadi siki Inyong ora susah maning zamane lagi ana covid gon golet pangan ko” artinya ” jadi saat ini dirinya tidak susah lagi dimasa covid cari rezekinya” dengan usahanya ini.

Pada pertengahan bulan ini unggas miliknya sudah pasti setiap hari rutin bertelur ada 450 ekor rata-rata dalam sehari, hal itu terlihat dari jumlah telur yang dihasilkan. Untuk saat ini dalam satu hari sudah mampu menjual telur puyuhnya rata-rata 4-5 kilo sehari. Dalam satu kilonya ada sebanyak 80-90 butir dengan harga ditempat Rp 35 ribu.

Baca Juga :  IoT Envion Solusi Berbasis Al Untuk Otomasi dan Optimasi Sistem Manajemen Erergi Perusahaan Diluncurkan Telkomsel

Kalau untuk pemasaran sampai saat ini Alhamdulillah masih sangat bagus, sebab didesanya baru ada tiga orang yang usaha budidaya unggas ini dan rata-rata masih punya penghasilan yang sama.

“Kalau mau buat usaha ini dengan volume bibit 1.000 ekor butuh dana kisaran Rp 15- Rp 20 juta dan usaha rumahan ini sudah bisa mencukupi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari dan ini usaha dirumah dikerjakan cukup dengan keluarganya sendiri dan tidak perlu datangkan tenaga kerja asing termasuk dari negara China,” kelakarnya dengan kas bahasa ngapak medhok.

Untuk saat sekarang lanjut dia, dirinya sudah mengembangkan usahanya dengan membuat penangkaran sendiri, pada akhir pekan ini saja ada 1.200 telur siap ditetaskan. Upaya dari penangkaran sebelumnya sudah ada yang siap dipasarkan, untuk usia nol hari seharga Rp 5.000 perekor, sedangkan untuk usia 12 hari perekornya Rp 8.000.

Tertariknya budidaya unggas jenis burung Gemak ini kata bapak yang punya julukan Pak Sakrim, jika usahanya ini dirawat dengan baik bisa produksi selama 18 bulan bahkan sampai usia 2 tahun. Jika unggas induknya itu sudah dianggap tak lagi produktif pun bisa dijual sekornya seharga Rp 2.500 hingga Rp 3.000 dan pemasarannya pun tidak susah.

“Selain itu usaha budidaya Burung Gemak ini dari kotoran unggas itu ternyata sangat bagus untuk budidaya sayuran, jadi budidaya unggas ini sangat tepat. Bahkan yang saat ini sedang digalakkan Pemerintah Banyuasin menanam sayur pupuknya tidak perlu beli yang mahal-mahal, cukup dari kotoran unggasnya ini juga sudah mencukupi,” tutupnya. (bara/waluyo)

Comment