Sosok Anak Gunung, Sahabat TNI & POLRI, Dan Seorang Pengusaha Kuliner.

MediaSuaraMabes, Klaten — Sosok Anak Gunung identik dengan hal seperti pendakian dan pegunungan. Namun, berbeda dengan sosok seorang Anak Gunung ini, yaitu Pardi. Sebutan itu sebagai juru kunci status Gunung Merapi.

Terdengar asing namanya, namun dibalik “no face no case” Pardi bekerja dibalik layar. Dengan ciri khas sendiri rambut putih panjang, memakai topi coboy, dilengkapi dengan pakaian lurik Jawa sudah menjadi jati diri seorang Pardi. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai sahabat TNI & POLRI.

Sosok Anak Gunung ini, yaitu Pardi kelahiran Kaliurang, Yogyakarta. Selain itu Pardi juga dikenal sebagai seorang pebisnis kuliner di Kaliurang yang dikenal dengan Warung Ijo Pak Pardi.

Sebelum memiliki bisnis kuliner ini, Pardi awalnya seorang drive thru yang kemudian ia beralih ke bidang kuliner. Tentu ada alasannya, “Karena saya dibidang lain kurang mampu. Kalau dibidang kuliner kan saya bisa karna identik dengan makanan. Karena termotivasi skill tidak ada, perpendidikan rendah, hanya tamatan smp. Setelah pensiun off dari pengemudi, saya mengambil alih bisnis kuliner, itu saya anggap paling mudah, ”kata Pardi.

Dari berbagai faktor pendukung yang utama adalah keluarga yang selalu mendukung suatu usaha.
“Memang usaha itu harus didukung oleh keluarga, karena kepala keluarganya saya, asistennya istri. Saling komunikasi, kalau anak kan ikut saja. Bagaimana membiayai anak, lalu kami berdua berfikir ya begini saja, bagaimana kalau buka warung. Karena dulu saya kerja pas-pas an tetapi rutin tiap bulan ada. Tapi kalau kuliner ini kan harus menunggu, sifatnya harus berani mencoba, ”ungkap Pardi.

Sebelum memulai bisnis kuliner Warung Ijo, Pardi mengumpulkan modal dengan bergabung menjadi drive thru.

Baca Juga :  Kapolres Pesawaran Memberikan Reward Personel Yang Berprestasi

Usai uang yang dikumpulkan dirasa cukup, Pardi mulai membangun usaha kuliner dengan menu andalannya susu segar.

“Kalau modal itu saya harus bisa memutuskan. Di bidang kuliner harus menyediakan tempat, untuk mengisi ruang itu misalnya saya tidak punya modal terus bagaimana, mau jualan apa. Supaya ada bagaimana, lalu saya memutuskan pensiun dini. Sebelumnya belum stop di karyawan itu karena masih 3 tahun.

Tahun 2015 saya dan istri memutuskan kalau saya keluar dengan baik, kan ada jangka ya. Misal 2015 sudah 3 tahun dapat pesangon. Saya memberanikan diri untuk pensiun dini. Uang nya itu setengah buat bikin tempat, yang setengahnya lagi buat modal,” sambung Pardi.

Bisnis yang ia tekuni sejak tahun 2012 mengalami pasang surut, merintis bisnis dalam bidang apapun itu termasuk kuliner ada kendala.

“Masalah kendala awal berdiri pasti ada, tetapi saya tetap hati-hati dengan modal yang awal dari pensiun dan dapat rizki dibelanjakan yang dibutuhkan. Jadi, kita tidak usah muluk-muluk dulu, lihat kedaaannya dulu karena yang disini pontensi untuk pegunungan.

Misal makanan dan minumnya seperti susu segar dan minuman lain yang ringan, makanannya pun seperti mie instan. Selain itu kan tidak menyajikan menu yang berat-berat, jadi tidak berisiko banyak.” , ungkapnya.

Gayung bersambut, usaha yang pertama kali dimulai dengan 2 karyawan ini, kini sudah berkembang dan memiliki 3 cabang cafe di Kaliurang, Yogyakarta, ungkap Pardi, “Alhamdulillah… tahun 2014 didatangi tamu dari kementrian, tahun 2016 didatangi Pak Jenderal Kasad, tamu dari Kapolri Kapolres Semarang, Sekretaris Kemenkuham RI, dan banyak lagi pejabat-pejabat lain, Anak dari Bapak SBY, Turis-turis, tamu-tamu negara. Disamping itu agar berkesan dan atas apresiasi saya menyediakan sebuah buku agar tamu menulis tentang kesan makan di warung saya.”

Baca Juga :  PKBM Papa Lagar Melaksanakan Ujian Komputer Tahap 2b Tepat Di Hari Ulang Tahun Kota Bitung

Singkat cerita, disamping hal dibalik penamaan warung miliknya itu pun, Pardi ada sebuah suatu alasan tertentu yang bermakna.

“Karena saya terinspirasi dari Warung Ijo itu warnanya dingin. Seperti saya itu ingin hidup dingin, nyaman, dan tenteram. Lalu kenapa diberi imbuhan nama Pak Pardi, karena saya ingin dikenal kan juga saya ingin hati ikut dingin jadi, saya cantumkan nama saya,” begitu ungkapnya.

Komitmen dan tekad yang kuat dari seorang Pardi membuktikan bahwa usia bukanlah menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang dalam membangun suatu usaha.

Mengungkapkan kiat suksesnya bertahan hingga saat ini ialah dengan pintar-pintar mengambil hari customer, entah itu dengan promo, services yang memuaskan. Pembeli maupun tamu adalah raja, maka harus dilayani terbaik, tidak lupa safety protocol dan kebersihan nomor 1.

Membangun bisnis tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi tidak salah apabila mencoba. Dan dari kisah Pak Pardi ini, sangat patut menjadi teladan bagi generasi milenial. ( Naurah )

Comment